Investor harus diberikan kemudahan dalam berinvestasi/Foto: ilustrasi/net
MARIKITABACA.ID-Pemungutan suara, 14 Februari 2024, telah berlangsung di sebagian besar tempat pemungutan suara (TPS). Mengutip Ketua Komisi Pemilihan Umum Hasyim Asy’ari, pemungutan suara di mayoritas TPS berjalan lancar.
Kelancaran pemilu adalah harapan masyarakat Indonesia. Harapan berikutnya berupa kualitas dan legitimasi pemilu yang terjaga. Jika pemilu tak lancar, serta kualitas dan legitimasinya buruk, masyarakat juga yang akan menanggung akibatnya. Sebab, pemilu yang legitimasinya rendah bisa membuat kondisi politik, ekonomi, dan sosial goyah.
Pemilu yang berjalan baik menjadi langkah awal untuk menambah daya tarik Indonesia. Kondisi politik, keamanan, dan sosial yang stabil menjadi daya tarik dan menjadi semacam jaminan bagi investor untuk menempatkan dana mereka di sektor riil. Jaminan diperlukan karena investor tak bisa serta-merta pergi saat terjadi sesuatu. Sebab, mereka menempatkan dana mereka, antara lain dalam bentuk pabrik, mesin-mesin, dan teknologi di negara tujuan investasi.
Kondisi politik, keamanan, dan sosial yang stabil menjadi daya tarik dan menjadi semacam jaminan bagi investor untuk menempatkan dana mereka di sektor riil.
Adapun di sektor keuangan seperti yang dilansir dari kompas.id, investor mempertimbangkan stabilitas politik, keamanan, dan sosial serta potensi imbal hasil. Kondisi politik yang labil bisa membuat investor di sektor keuangan berbalik seketika atau meninggalkan pasar keuangan secara tiba-tiba. Di pasar saham, proyeksi kinerja emiten yang cemerlang akan membuat investor bertahan.
Dana Moneter Internasional (IMF), dalam rilisnya pada Januari 2024, memproyeksikan perekonomian global akan tumbuh 3,1 persen pada 2024. Angka ini lebih tinggi 0,2 persen poin dibandingkan dengan proyeksi yang dirilis Oktober 2023. Namun, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan tahunan dunia pada 2000-2019, yakni 3,8 persen.
Risiko perekonomian dunia yang masih lemah ini mesti diantisipasi sebab berdampak pada permintaan dunia atas barang produksi dan konsumsi. Permintaan dunia yang melemah bisa memengaruhi pebisnis dalam menyusun rencana investasi, termasuk menunda realisasi investasi.
Apalagi, data Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD) menyebutkan, penanaman modal asing (PMA) yang mengalir ke negara-negara berkembang turun 9 persen menjadi 841 miliar dollar AS pada 2023. Penurunan nilai PMA ke negara-negara berkembang di Asia lebih dalam, yakni 12 persen.
Dengan kondisi ini, negara-negara akan berdandan dan mempercantik diri untuk menarik investor datang dan berinvestasi. Fasilitas atau kemudahan bagi investor akan diberikan, termasuk memberikan jaminan peraturan yang konsisten dan kepastian hukum. Semua langkah ini bisa dilakukan dengan cara-cara yang menyejahterakan pekerja demi keberlanjutan proses produksi.
Indonesia, yang menargetkan meraup investasi Rp 1.650 triliun pada tahun ini, juga mesti melakukan cara serupa.