Beras Tak Pernah Beres

Senin, 04 Maret 2024 14:19 WIB | 167 kali
Beras Tak Pernah Beres

Beras di Pasar Percontohan. Foto: infopublik.id

MARIKITABACA.ID - Laporan menggambarkan bahwa produksi beras nasional pada Maret dan April 2024 diprediksi akan mencapai 8,46 juta ton, yang lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian, Badan Pangan Nasional tetap optimis bahwa produksi beras yang cukup akan dapat menurunkan harga beras di pasaran.

Meskipun laporan tersebut memberikan gambaran tentang jumlah produksi beras yang dihasilkan pada periode tersebut, namun tanpa analisis yang mendalam, informasi tersebut mungkin terkesan kurang bermakna. Terdapat kebutuhan untuk mengkaji lebih lanjut dampak dari produksi beras yang diprediksi tersebut terhadap pasar dan masyarakat secara keseluruhan.

Tidak hanya sekedar menyampaikan angka produksi, tetapi juga diperlukan evaluasi tentang kondisi infrastruktur, rantai pasok, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi produksi, distribusi, dan harga beras. Tanpa kajian yang mendalam seperti itu, ada risiko bahwa kesan bahwa "semua baik-baik saja" dapat muncul, padahal masih banyak tantangan yang dihadapi dalam memastikan ketersediaan beras yang cukup dan terjangkau bagi masyarakat.

Kita menyoroti pentingnya melihat laporan produksi beras sebagai peringatan untuk mengeksplorasi lebih jauh kondisi pertanian padi di Indonesia. Meskipun gangguan cuaca telah menjadi faktor yang berdampak pada penurunan produksi beras, namun masalah yang lebih mendasar dalam sektor pertanian padi perlu diperhatikan.

Penurunan produksi beras pada periode Maret-April tahun ini memberikan sinyal bahwa pasokan tahun ini mungkin mengalami masalah, yang sebagian besar disebabkan oleh gangguan cuaca. Namun, lebih penting lagi untuk melihat masalah yang lebih besar dalam sektor pertanian padi di Indonesia.

Salah satu masalah yang terjadi adalah peralihan fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian. Pemerintah daerah sering memberikan izin penggunaan lahan untuk kegiatan non-pertanian, yang dapat mengurangi luas lahan yang tersedia untuk pertanian padi. Hal ini mengancam keberlanjutan produksi beras di masa mendatang.

Dengan demikian, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk tidak hanya menyalahkan cuaca sebagai penyebab penurunan produksi beras, tetapi juga untuk mengakui dan mengatasi masalah struktural dalam sektor pertanian padi, termasuk masalah peralihan fungsi lahan. Langkah-langkah perlindungan dan pengelolaan lahan pertanian perlu diprioritaskan untuk memastikan ketersediaan beras yang cukup dan stabil bagi masyarakat Indonesia.

Perubahan yang terjadi di kota-kota Jawa Barat, seperti Bekasi, Karawang, dan Subang, mencerminkan pergeseran dari daerah yang sebelumnya dikenal sebagai penghasil beras menjadi kota metropolitan yang lebih berorientasi pada perkembangan perkotaan. Hal ini menandakan adanya transformasi ekonomi dan sosial yang signifikan di wilayah tersebut.

Bekasi, yang dulunya merupakan daerah penghasil beras, kini telah berubah menjadi kota metropolitan dengan aktivitas perkotaan yang meningkat. Demikian pula dengan Karawang, yang dikenal sebagai lumbung beras, dan Subang, yang mengikuti jejak perubahan tersebut. Perubahan ini menyebabkan sulitnya mencari buruh tani karena banyak di antara mereka telah meninggalkan pertanian untuk mencari pekerjaan di sektor-sektor lain yang lebih menjanjikan di kota-kota tersebut.

Perubahan ini mengindikasikan adanya dinamika ekonomi dan perubahan struktural dalam masyarakat, yang seringkali didorong oleh urbanisasi dan industrialisasi. Hal ini juga menyoroti perlunya perhatian terhadap sektor pertanian dan upaya untuk menjaga keberlanjutan pertanian di tengah transformasi ekonomi dan perkembangan perkotaan yang pesat.

Dengan demikian, penting untuk mempertimbangkan strategi dan kebijakan yang mendukung kedua sektor, baik pertanian maupun perkotaan, serta memastikan bahwa pertanian tetap menjadi bagian integral dari pembangunan ekonomi wilayah tersebut.

Kita menyoroti masalah yang lebih kompleks dalam sektor pertanian padi, termasuk sarana dan prasarana produksi, irigasi, penyuluhan, penanganan pasca panen, serta perdagangan padi dan beras di hilir. Semua ini menunjukkan bahwa ada kekurangan perhatian terhadap sektor pertanian padi secara keseluruhan.

Sarana dan prasarana produksi yang kurang memadai, termasuk infrastruktur irigasi yang rusak atau tidak memadai, dapat menghambat produktivitas pertanian padi. Selain itu, kekurangan penyuluhan yang efektif dan kurangnya penanganan pasca panen yang baik dapat menyebabkan kerugian dan pemborosan hasil pertanian.

Selain itu, masalah perdagangan padi dan beras di hilir juga memperlihatkan adanya tantangan dalam distribusi dan pemasaran produk pertanian. Kurangnya infrastruktur perdagangan yang efisien dan transparan dapat menghambat akses petani ke pasar dan meningkatkan risiko kerugian.

Di samping itu, rendahnya minat anak muda terhadap pendidikan bidang pertanian juga menjadi masalah serius. Ini dapat mengakibatkan kekurangan tenaga kerja terampil di sektor pertanian dan menghambat inovasi serta perkembangan sektor tersebut.

Untuk mengatasi masalah-masalah ini, perlu adanya perhatian lebih besar dari pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya terhadap sektor pertanian padi. Investasi dalam pembangunan infrastruktur pertanian, penyediaan penyuluhan yang efektif, peningkatan pendidikan dan pelatihan di bidang pertanian, serta perbaikan sistem perdagangan dan pemasaran adalah langkah-langkah penting yang perlu diambil untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan sektor pertanian padi.

Ada poin yang sangat penting tentang pentingnya kembali mengutamakan pertanian padi dan peran petani dalam mengatasi tantangan yang dihadapi sektor ini. Memang benar, mengandalkan pemerintah saja tidaklah cukup, dan petani perlu aktif terlibat dalam upaya menjaga keberlanjutan pertanian.

Pembangunan organisasi tani yang kuat menjadi kunci dalam memberdayakan petani dan memberikan mereka suara dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan dan mata pencaharian mereka. Organisasi tani dapat memberikan pelatihan, sumber daya, dan dukungan lainnya kepada petani untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kesejahteraan mereka.

Meskipun ada luka sejarah dengan beberapa organisasi tani di masa lalu, namun penting untuk mengakui bahwa petani adalah pelaku usaha tani yang paling depan dalam menjalankan sektor pertanian. Tanpa dukungan dari organisasi tani yang kuat, pertanian padi akan kesulitan berkembang dan bisa mengancam kedaulatan pangan negara.

Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya, untuk mendukung pembangunan dan penguatan organisasi tani. Dengan demikian, petani dapat lebih mandiri dan memiliki kekuatan untuk mengatasi tantangan dalam sektor pertanian, sehingga menjaga ketersediaan pangan dan keberlanjutan pertanian secara keseluruhan.

Penulis: Oyeng Lohengrin



Yuk Bagikan :

Baca Juga