Terbangun Malam Hari di Waktu yang Sama
Kebiasaan Terbangun Tengah Malam/Foto: Envato
MARIKITABACA.ID - Tidur gelombang lambat, atau slow-wave sleep, memainkan peran penting dalam memperbaiki dan memperbaharui tubuh serta otak. Selama tahap ini, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan yang membantu dalam pemulihan jaringan, memperbaiki kerusakan sel, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Selain itu, otak menggunakan waktu ini untuk mengonsolidasikan ingatan dan memproses informasi yang diperoleh selama hari tersebut.
Ketika seseorang terbangun pada malam hari, terutama saat memasuki tahap tidur gelombang lambat, itu bisa mengganggu siklus tidur alami dan memengaruhi kualitas istirahat. Terbangun secara konsisten pada waktu yang sama setiap malam dapat menunjukkan adanya gangguan tidur, seperti insomnia atau sleep apnea.
Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk mencari tahu penyebab terbangunnya, seperti stres, kecemasan, atau faktor lingkungan. Jika terbangun terus-menerus, konsultasikan dengan dokter atau ahli tidur untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rekomendasi perawatan yang sesuai. Terkadang, perubahan gaya hidup atau teknik relaksasi dapat membantu memperbaiki pola tidur dan mengurangi gangguan tidur.
Tahap tidur rapid eye movement (REM) merupakan fase yang penting dalam siklus tidur. Selama tahap ini, otak sangat aktif dan mimpi sering terjadi. Aktivitas mata yang bergerak secara cepat dan tidak teratur juga terjadi pada tahap ini, yang menjadi ciri khas dan memberi nama pada fase tidur ini.
Meskipun terbangun beberapa kali dalam tidur malam bisa menjadi pengalaman yang umum dan biasanya singkat, terutama saat memasuki tahap REM, terbangun terlalu sering atau sulit untuk kembali tidur dapat mengganggu kualitas tidur dan mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
Terkadang, terbangun berkali-kali dalam satu jam dapat menandakan adanya gangguan tidur, seperti sleep apnea atau insomnia. Jika terbangun terlalu sering dan sulit untuk kembali tidur, penting untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mencari solusi yang sesuai. Konsultasikan dengan dokter atau ahli tidur untuk mendapatkan evaluasi yang tepat dan rekomendasi perawatan yang sesuai agar bisa tidur nyenyak dan mendapatkan istirahat yang memadai.
Benar, reaksi seseorang terhadap terbangun di malam hari dapat memengaruhi kualitas tidur secara keseluruhan. Perasaan frustrasi atau kesal saat terbangun dapat meningkatkan tingkat stres dan membuat lebih sulit untuk kembali tidur, yang pada gilirannya dapat mengganggu pola tidur dan menyebabkan insomnia sekunder.
Ritme sirkadian memainkan peran penting dalam mengatur pola tidur dan terjaga seseorang. Gangguan dalam ritme sirkadian, seperti yang disebabkan oleh perubahan jam tidur yang tidak teratur atau begadang, dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur jam tidur dan bangun. Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak terbangun di malam hari dan menyebabkan kurang tidur nyenyak.
Penting untuk memperhatikan kebiasaan tidur dan pola tidur yang sehat untuk menjaga ritme sirkadian tetap teratur. Ini termasuk mencoba untuk tidur dan bangun pada waktu yang konsisten setiap hari, menghindari begadang, dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang. Jika terjadi masalah terus-menerus dengan tidur atau terbangun di malam hari, konsultasikan dengan dokter atau ahli tidur untuk evaluasi lebih lanjut dan rekomendasi perawatan yang sesuai.
Tindakan-tindakan tersebut memang dapat membantu seseorang untuk kembali tidur dan mengatasi kesulitan tidur setelah terbangun di malam hari. Mengurangi cahaya dan suara di lingkungan tidur, serta memastikan kamar tidur memiliki suhu yang nyaman, dapat membantu menciptakan kondisi yang lebih baik untuk tidur.
Tidak melihat jam saat terbangun di malam hari juga dapat membantu mencegah reaksi frustrasi atau cemas yang bisa memperburuk kesulitan tidur. Fokus pada upaya untuk kembali tidur, daripada memperhatikan waktu yang terus berlalu, dapat membantu menenangkan pikiran dan tubuh untuk kembali tertidur.
Jika sulit untuk tidur kembali setelah beberapa waktu, bangun dari tempat tidur dan lakukan aktivitas yang tenang dan relaksasi di luar kamar tidur. Hal ini membantu mencegah otak mengasosiasikan tempat tidur dengan aktivitas yang tidak terkait dengan tidur, sehingga membantu menjaga tempat tidur sebagai lingkungan yang terkait secara eksklusif dengan tidur.
Menggunakan teknik relaksasi seperti meditasi atau mendengarkan musik yang menenangkan juga dapat membantu menenangkan pikiran dan tubuh, memfasilitasi kembali tidur. Penting untuk mencoba berbagai strategi dan menemukan apa yang paling efektif bagi setiap individu dalam mengatasi kesulitan tidur setelah terbangun di malam hari.
Oyeng Lohengrin