ilustrasi / foto: net
MARIKITABACA.ID - Tingginya jumlah kasus obesitas di seluruh dunia, yang telah melampaui 1 miliar jiwa, menunjukkan betapa seriusnya masalah malnutrisi saat ini. Obesitas bukan hanya masalah kesehatan individual, tetapi juga merupakan beban kesehatan masyarakat yang signifikan.
Studi yang dilakukan oleh NCD Risk Factor Collaboration (NCD-RisC) dengan dukungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti pentingnya tindakan preventif dan manajemen obesitas dari usia dini hingga dewasa. Faktor-faktor seperti pola makan, aktivitas fisik, dan perawatan kesehatan yang tepat menjadi kunci dalam penanganan obesitas.
Dalam studi ini, para peneliti melakukan analisis terhadap lebih dari 220 juta orang dari berbagai negara di dunia, termasuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Mereka menggunakan pengukuran berat dan tinggi badan serta indeks massa tubuh (BMI) untuk memahami tren obesitas dan berat badan kurang dari tahun 1990 hingga 2022.
Melalui kolaborasi yang melibatkan lebih dari 1.500 peneliti, studi ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang skala masalah obesitas global dan mendesakkan perlunya tindakan yang lebih luas dan komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Langkah-langkah pencegahan dan manajemen yang efektif akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan obesitas di masa depan.
Data ini menggambarkan tren yang sangat mengkhawatirkan terkait masalah obesitas di seluruh dunia, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Fakta bahwa tingkat obesitas pada anak-anak dan remaja telah meningkat empat kali lipat sejak tahun 1990 menunjukkan adanya krisis kesehatan global yang perlu segera ditangani.
Peningkatan drastis ini juga tercermin pada tingkat obesitas pada orang dewasa, yang meningkat lebih dari dua kali lipat pada wanita dan hampir tiga kali lipat pada pria selama periode yang sama. Totalnya, hampir satu miliar orang dewasa dan lebih dari 150 juta anak-anak dan remaja hidup dengan obesitas pada tahun 2022.
Meskipun obesitas masih menjadi masalah serius, ada sedikit penurunan dalam proporsi anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang mengalami kekurangan berat badan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam pola makan dan gaya hidup yang mungkin berkontribusi terhadap penurunan tersebut.
Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah obesitas ini, terutama dengan memperkuat upaya pencegahan dan penyuluhan tentang pentingnya gaya hidup sehat. Penanganan obesitas perlu menjadi prioritas global dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Studi ini memberikan gambaran yang jelas tentang situasi obesitas dan kekurangan berat badan pada anak-anak dan remaja selama 33 tahun terakhir. Temuan-temuan ini sangat memprihatinkan, mengingat peningkatan yang signifikan dalam tingkat obesitas di kalangan anak-anak usia sekolah dan remaja di hampir semua negara.
Penulis senior studi, Profesor Majid Ezzati, menyoroti betapa mengkhawatirkannya fakta bahwa epidemi obesitas yang dulunya terjadi di kalangan orang dewasa kini juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Meskipun ada penurunan dalam tren kekurangan berat badan, masih ada ratusan juta orang yang mengalaminya, terutama di negara-negara termiskin di dunia.
Ezzati menekankan pentingnya meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan makanan sehat dan bergizi untuk mengatasi kedua bentuk malnutrisi ini. Hal ini menyoroti perlunya tindakan yang bersifat muktisektoral, melibatkan pemerintah, lembaga kesehatan, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam memperbaiki pola makan dan gaya hidup yang sehat.
Data menunjukkan bahwa tingkat obesitas meningkat lebih dari empat kali lipat pada anak-anak perempuan dan laki-laki selama periode tersebut, sementara tingkat kekurangan berat badan mengalami penurunan. Jumlah total anak-anak dan remaja yang terkena dampak obesitas meningkat secara signifikan, mencapai hampir 160 juta orang pada tahun 2022, sementara jumlah mereka yang mengalami kekurangan berat badan mengalami penurunan, mencapai 77 juta anak perempuan dan 108 juta anak laki-laki pada tahun yang sama.
Tren obesitas dan kekurangan berat badan pada orang dewasa juga menunjukkan peningkatan yang signifikan selama periode 1990 hingga 2022. Angka obesitas meningkat lebih dari dua kali lipat pada perempuan dan hampir tiga kali lipat pada laki-laki, sementara proporsi orang dewasa yang mengalami kekurangan berat badan mengalami penurunan setengahnya.
Pada tahun 2022, diperkirakan hampir 880 juta orang dewasa hidup dengan obesitas, empat setengah kali lipat dari jumlah pada tahun 1990. Jumlah ini mencakup 504 juta perempuan dan 374 juta laki-laki. Jika digabungkan dengan jumlah anak yang hidup dengan obesitas pada tahun yang sama, maka total lebih dari 1 miliar orang terkena dampak obesitas pada tahun 2022.
Meskipun pertumbuhan populasi global, jumlah orang yang terkena dampak kekurangan berat badan juga menurun, dengan 183 juta perempuan dan 164 juta laki-laki terkena dampak pada tahun 2022, atau 45 juta dan 48 juta orang lebih sedikit dibandingkan tahun 1990.
Secara keseluruhan, tren ini menunjukkan bahwa di sebagian besar negara, lebih banyak orang terkena dampak obesitas dibandingkan kekurangan berat badan. Pada tahun 2022, angka obesitas lebih tinggi daripada angka kekurangan berat badan pada anak perempuan dan laki-laki di sekitar dua pertiga negara di dunia.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menekankan pentingnya upaya bersama dari pemerintah dan masyarakat, didukung oleh kebijakan yang berbasis bukti dari WHO dan badan kesehatan masyarakat nasional. Ia juga menyoroti pentingnya kerja sama dari sektor swasta, yang bertanggung jawab atas dampak produk mereka terhadap kesehatan. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan holistik dan kolaboratif dalam menangani masalah obesitas secara global.
Oyeng Lohengrin