Buang Racun dengan Berpuasa

Selasa, 26 Maret 2024 15:03 WIB | 74 kali
Buang Racun dengan Berpuasa

ilustrasi / foto: net

MARIKITABACA.ID - Selain sebagai ibadah, puasa juga merupakan momen penting bagi tubuh untuk beristirahat dan memulihkan fungsi metabolismenya. Selama puasa, tubuh memiliki kesempatan untuk melakukan detoksifikasi secara menyeluruh, membantu menetralkan kadar racun yang terakumulasi karena makanan yang dikonsumsi.

Tubuh manusia memiliki mekanisme detoksifikasi yang sangat efisien, bahkan hingga tingkat sel. Proses ini membawa banyak manfaat, seperti mengembalikan metabolisme alami tubuh, mencegah peradangan, dan membersihkan aliran darah. Selain itu, detoksifikasi juga dapat meningkatkan fungsi organ tubuh seperti hati, jantung, lambung, usus, dan ginjal.

Dengan detoksifikasi yang berkelanjutan, tubuh manusia dapat merasakan banyak manfaat positif. Misalnya, penurunan berat badan dan lemak tubuh, peningkatan resistensi insulin, serta pengendalian tekanan darah. Semua proses ini dapat terjadi secara alami selama individu menjaga pola makan yang bersih dan sehat, sehingga tingkat keberhasilan detoksifikasi akan lebih tinggi.

Bulan puasa memberikan kesempatan besar bagi individu untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dan seimbang. Setiap orang memiliki kendali besar terhadap kebiasaan makan dan minum mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen untuk menjalani gaya hidup sehat sepanjang bulan puasa, dan bahkan dapat dipertahankan setelah bulan puasa berakhir.

Tubuh manusia memasuki kondisi puasa selama hampir 14 jam setiap hari, dimulai setelah waktu makan terakhir sekitar pukul 04.30 pagi. Namun, secara metabolisme, fase puasa sebenarnya berlangsung selama sekitar 8 jam setelah usus menyerap nutrisi dari makanan saat sahur. Pada awal puasa, sumber energi utama tubuh adalah glukosa, yang disimpan di hati dan otot.

Glukosa pertama-tama digunakan sebagai sumber energi tubuh. Setelah cadangan glukosa habis, lemak menjadi sumber energi berikutnya bagi tubuh. Dalam kondisi ekstrem, protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi jika diperlukan. Namun, hal ini terjadi hanya dalam situasi yang sangat ekstrem, misalnya saat berpuasa secara terus-menerus tanpa henti.

Selama bulan puasa Ramadhan, yang berlangsung dari fajar hingga senja, terdapat banyak kesempatan untuk mengisi kembali cadangan energi di dalam tubuh. Meskipun durasi pengisian energi relatif singkat, penting untuk seimbangkan dengan asupan makanan dan cairan yang sesuai selama periode puasa. Ada banyak makanan yang memiliki kandungan gizi seimbang dan mampu memenuhi kebutuhan energi tubuh manusia.


Menurut kajian yang dilakukan oleh RMIT University yang berjudul "Healthy Fasting During Ramadhan" (2024), makanan seimbang untuk mendukung ibadah puasa termasuk roti, sereal, biji-bijian, buah, sayuran, daging, ikan, susu, keju, dan yoghurt. Karbohidrat kompleks menjadi pilihan penting karena membantu pelepasan energi secara bertahap selama ibadah puasa.

Jenis karbohidrat kompleks yang disarankan adalah produk biji-bijian seperti gandum, oat, lentil, dan berbagai jenis kacang-kacangan. Produk ini memiliki indeks glikemik rendah, berbeda dengan beras dan kentang yang dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah secara cepat. Peningkatan glukosa yang cepat ini dapat menyebabkan rasa lapar mudah muncul.

Namun, beras saat ini menjadi komoditas utama yang menyediakan karbohidrat di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2022, sekitar 98,35 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi beras. Angka ini meningkat dibandingkan dengan September 2021, yang menunjukkan bahwa sekitar 98 persen rumah tangga mengonsumsi beras.

Tingkat konsumsi beras memang sangat tinggi di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata konsumsi beras per kapita dalam seminggu mencapai 1,558 kilogram. Artinya, dalam setahun, seluruh penduduk Indonesia mengonsumsi sekitar 22,2 juta metrik ton beras. Estimasi tersebut bahkan mungkin lebih tinggi, terutama karena adanya acara besar yang sering diadakan oleh masyarakat.

Tak dapat dipungkiri, beras merupakan salah satu jenis serealia paling populer di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Tujuan utama mengonsumsi beras sangat beragam, mulai dari memenuhi kebutuhan nutrisi, meningkatkan energi, hingga menjaga kesehatan tubuh. Kandungan gizi dalam beras sangat kompleks. Setiap 100 gram beras mengandung sekitar 80 persen karbohidrat, dengan sisanya terdiri dari protein, lemak, dan gula.

Namun, beras memiliki indeks glikemik tinggi, yang berarti proses pemecahan glukosa di dalam tubuh berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan peningkatan drastis kadar gula darah. Akibatnya, tubuh seringkali cepat merasa lapar setelah mengonsumsi beras. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif pangan lain yang dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat dan gula di dalam tubuh.

Terdapat banyak sumber karbohidrat nonberas yang memiliki nilai gizi setara dengan beras, bahkan dengan indeks glikemik yang cenderung lebih rendah. Misalnya, 100 gram singkong memiliki kandungan nutrisi yang setara dengan konsumsi beras seberat 120 gram atau 1,5 potong, sedangkan talas seberat 125 gram setara dengan 1 buah besar. Selain itu, tepung sagu seberat 50 gram atau 8 sendok makan, pisang sebanyak 117 gram atau 2,5 buah ukuran sedang, serta jagung seberat 125 gram atau 3 buah ukuran sedang, juga merupakan pilihan alternatif yang baik.

Semua bahan pangan nonberas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat juga perlu diolah dengan bijak. Hal yang sama berlaku untuk bahan pangan lain yang merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral. Proses detoksifikasi tubuh selama berpuasa memang terjadi secara alami karena adanya pembatasan asupan makanan. Namun, penting bagi setiap individu untuk memahami bahwa ada beberapa metode memasak yang berpotensi berbahaya bagi tubuh dan bahkan dapat menghambat proses detoksifikasi.

Secara umum, terdapat delapan metode memasak yang umum digunakan di seluruh dunia, yaitu memakan makanan mentah, merebus, memanggang, menggoreng dengan sedikit minyak (pan-frying), menggoreng dengan banyak minyak (deep frying), menumis, dan merebus dalam waktu yang lama (stewing). Dari semua metode tersebut, metode yang perlu dihindari adalah menggoreng, baik dengan sedikit minyak maupun dengan banyak minyak.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nutrients pada tahun 2022 tentang hubungan antara metode memasak dan risiko penyakit kardiovaskular menemukan bahwa metode memasak seperti memakan makanan mentah, merebus, memanggang, dan menggoreng dengan sedikit minyak, lebih berhubungan dengan kondisi tubuh yang lebih sehat dan dapat membantu mencegah penyakit kardiovaskular.

Selain menahan rasa lapar dan haus sepanjang hari, dua hal lain yang sangat penting untuk keberhasilan berpuasa adalah sahur dan berbuka puasa yang bijak. Sahur yang bijak melibatkan pemilihan makanan dan minuman yang sehat. Makanan yang dipilih haruslah mampu memberikan rasa kenyang dan menyediakan energi yang cukup untuk bertahan berpuasa selama berjam-jam.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih makanan yang lambat dicerna oleh tubuh, seperti karbohidrat kompleks yang terdiri dari biji-bijian, serta makanan dengan indeks glikemik rendah. Makanan yang lambat dicerna menjadi kunci utama bagi metabolisme tubuh, karena menyimpan cadangan energi dalam jumlah yang lebih banyak dan untuk waktu yang lebih lama. Selain memilih makanan yang tepat, penting juga untuk memilih minuman yang tepat, seperti air mineral, untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi sepanjang hari.

Ketika berbuka puasa, mengonsumsi kurma merupakan pilihan yang sangat tepat. Buah kurma memberikan asupan energi yang segar bagi tubuh setelah seharian berpuasa. Selain kurma, jus buah juga memiliki efek yang serupa untuk tubuh manusia. Semua langkah tersebut diambil untuk memastikan manfaat detoksifikasi tubuh dapat dicapai secara optimal.

Berpuasa memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia, salah satunya adalah untuk detoksifikasi. Seiring berjalannya waktu, berbagai jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh manusia sepanjang tahun membuat sulit untuk mengukur tingkat manfaatnya bagi tubuh. Oleh karena itu, momen berpuasa harus dioptimalkan untuk mendapatkan berbagai manfaat yang menyehatkan bagi fisik dan kesejahteraan manusia yang berpuasa.

Oyeng Lohengrin



Yuk Bagikan :

Baca Juga