Tangkapan layar dari sebuah video yang viral di kalangan media terkait diduga itu adalah proses penangkapan para penambang yang dilakukan oleh Satpam PT GSBL dan diduga ada oknum aparat yang terlibat dalam penangkapan tersebut/foto: repro
BANGKA BARAT, MARIKITABACA.ID - "Ya, Allah pak jangan cemnilah pak, jangan cara kasar, kayak nangkep kriminal cara ikak pak (ya Allah pak jangan beginilah caranya pak, jangan cara kasar, seperti menangkap kriminal cara kalian pak, red)," teriak salah satu ibu-ibu dalam video yang beredar luas berdurasi 1 menit 56 detik tersebut.
Untuk diketahui, pihak kepolisian dibantu dengan Satuan Pengaman (Satpam) PT GSBL menangkap para penambang berskala kecil yang beraktivitas di perkebunan Kelapa Sawit PT GSBL, Dusun 3 Air Ibul Desa Belo Laut Kecamatan Mentok Kabupaten Bangka Barat.
Viralnya informasi tersebut berawal dari sebuah video visual yang diterima awak media, yang memperlihatkan penangkapan diduga secara paksa oleh aparat Kepolisian setempat dan Satpam PT GSBL, Kamis (25/04/2024)
Di dalam Visual yang berdurasi kurang lebih dua menit tersebut, terdengar suara wanita yang disinyalir keluarga dari penambang yang ditangkap, berteriak histeris kepada aparat yang melakukan penangkapan, agar jangan melakukan penangkapan secara paksa dan kasar.
"Paaak, tolong lah paaak, masa ikak Polisi nangkep e macem ni pak, kayak nangkep tindak kriminal bae (red- masa kalian polisi nangkapnya kayak gini), jangan kayak gini lah pak, jangan cara kasar lah pak, jangan kassaaar," teriak wanita dalam video itu histeris.
Mirisnya, tayangan di dalam vidio visual tersebut, mempertontonkan bagaimana aparat melakukan adegan penangkapan secara tak lazim, dengan tangan diborgol, para penambang dipaksa masuk ke mobil, dan sampai ada yang tersungkur ke kubangan air.
Layaknya penjahat kriminal, mereka para penambang digiring secara paksa ke dalam kendaraan yang diduga milik Kepolisian Bangka Barat.
"Jangan kayak gitu lah pak nangkep e, secara baik-baik bae," kembali teriakan seorang wanita dalan video itu terdengar.
Di sela drama penangkapan para penambang oleh aparat Kepolisian dan Satpam PT GSBL, terdengar isak tangis penambang yang diperlakukan demikian, bahkan sampai ada yang mengucapkan lafas asma Tuhan.
"Laila hailallaah," ucap seorang lelaki tua berambut putih, yang dari raut wajahnya sambil menahan sakit, yang diduga tangannya sudah kena borgol.
Namun dramatisnya, penangkapan para penambang tersebut sempat mendapat perlawanan yang tidak berarti, yang disinyalir dari pihak keluarga maupun rekan sesama penambang.
Sementara seorang yang diduga Polisi dengan mengenakan baju kemeja hitam bertuliskan CRIME HUNTER menganjurkan keluarga yang diamankan, agar ke Polres.
"Kagek ke kantor bae, langsung ke Polres, " sebut salah satu pria di dalam video.
"Ayo masuk mobil, langsung ke Polres," teriak seseorang yang berada di TKP.
Sementara narasumber media ini mengakui, kalau penangkapan para penambang tersebut bukan hanya dari Satuan Pengaman PT GSBL saja, tapi dibantu empat orang dari aparat Kepolisian.
"Ada empat orang Polisi bang, dari Polres," ungkap Narsum yang tidak mau namanya disebut.
Kendati fakta di lapangan menunjukan demikian, sayangnya Kapolres Bangka Barat AKBP Ade Zamrah menampik isu itu semua.
Ia mengatakan, kalau penangkapan para penambang tersebut dilakukan oleh Satuan Pengaman (Satpam) PT GSBL.
"Setahu saya bukan Polres mas,... dari Satpam GSBL yang melakukan penertiban," kata Kapolres Bangka Barat Ade Zamrah, ketika dikonfirmasi jurnalis.
Kendati media ini telah meyakinkan kepada Kapolres Bangka Barat, jika pada drama penangkapan tersebut, terdapat beberapa anggota Polisi, dan salah satunya mengenakan kemeja hitam bertuliskan CRIME HUNTER. Sesuai keterangan narasumber, dan bukti vidio yang beredar.
Namun lagi-lagi Ade Zamrah menepisnya.
"Satpam GSBL mas.. terimakasih, Silahkan ke satpam GSBL ya mas," tulisnya.
Padahal menurut sumber google, CRIME HUNTER adalah sebuah tim khusus pemburu penjahat jalanan. Yang dibentuk oleh Kapolrestabes Surabaya.
Kisah pilu para penambang berskala kecil ini ternyata tidak serupa dengan apa yang terjadi dengan penambang berskala besar yang menggunakan alat berat dilokasi yang sama.
Bahkan diduga hingga sekarang masih aman-aman saja, beraktivitas di HGU PT GSBL.
Namun sayangnya, aparat penegak hukum terkesan tebang pilih.
Penegakan hukum yang dilakukan APH setempat justru mengarah ke penambang skala kecil.
Sementara, tambang ilegal skala besar melenggang bebas.
Penulis: Dion