Hilangnya Kota Maksiat Bergelimang Dosa

Senin, 05 Februari 2024 19:22 WIB | 57 kali
Hilangnya Kota Maksiat Bergelimang Dosa

Pernah menjadi kota termasyur di zamannya, Pompeii kini menjelma menjadi kota mati yang hilang dari peradaban. Kota Pompeii menjadi pengaruh dalam kebangkitan neo-klasik abad ke-18. Foto: net

Penulis: Andini Putri Nurazizah

Editor: Putra Mahendra


PERILAKU yang hedon dan menjadikan seks sebagai gaya hidup disinyalir sebagian kalangan justru menjadi sumber petaka atas musibah dahsyat yang menimpa mereka.

Pernah menjadi kota termasyur di zamannya, Pompeii kini menjelma menjadi kota mati yang hilang dari peradaban. Kota yang berada di Italia ini hilang disapu letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 masehi. 

Semua penduduk Kota Pompeii seketika terkubur hidup-hidup oleh abu dan debu vulkanik selama ribuan tahun. Bahkan seluruh sisa-sisa kota dan jejak para penduduknya yang terlihat seperti patung batu masih bisa Anda temukan hingga hari ini. Lantas bagaimana kronologi lengkap dari peristiwa mengerikan tersebut ya? 

Terletak di pantai barat Italia tepatnya sepanjang pantai Teluk Napoli, pemukiman romawi kuno Pompeii dulunya adalah kota yang kaya raya dan ramai, dengan lebih dari sekitar 12.000 penduduk. Hal ini terbukti dari banyaknya rumah dan vila mewah, gedung-gedung publik yang besar, air mancur yang berkilauan, serta jalanan beraspal yang dipenuhi dengan karya seni yang indah.

Banyak sarjana mengutip Kota Pompeii menjadi pengaruh dalam kebangkitan neo-klasik abad ke-18. Di mana keluarga Inggris yang kaya raya di masanya, meniru bangunan seperti vila-vila yang ada di Pompeii. Namun kenyataan bahwa Pompeii termasuk kota dengan arsitektur megah, berbanding terbalik dengan wilayahnya yang terletak sekitar 5 mil dari Gunung Vesuvius. 

Bahkan gempa bumi juga sering terjadi di kota tersebut. Meski demikian sebagian besar kekayaan Kota Pompeii berasal dari tanah vulkanisnya yang subur lho! Karena hal itulah kota ini menjadi pusatnya buah zaitun, anggur, dan tanaman lainnya. Untuk itulah Kota Pompeii tidak pernah sepi dan semakin ramai setiap tahunnya. Para ilmuwan bahkan mengungkapkan, gempa besar yang pernah melanda Kota Pompeii di tahun 63 Masehi, tidak memengaruhi orang-orang untuk berdatangan ke pantai Teluk Napoli ini.

Sampai 16 tahun setelah gempa terjadi, tepatnya di bulan Agustus tahun 79 Masehi, sejumlah gempa kecil mengguncang wilayah Pompeii. Namun lagi-lagi penduduk Pompeii mengabaikan gempa yang terjadi di sana.

Seorang penulis Pliny the Younger mengungkapkan serangkaian gempa yang sering terjadi di wilayah tersebut membuat penduduknya bersikap santai, dan tidak akan mengira jika itu menjadi pertanda dari bencana paling dahsyat di dunia hingga saat ini. Letusan Gunung Vesuvius berhasil meluluhlantakkan seluruh kota dan isinya, mengirimkan abu, batu, dan gas vulkanik yang sangat panas ke langit, sampai bisa terlihat dari jarak ratusan mil. 

Pliny the Younger yang pada saat itu berada di seberang Teluk Napoli, melihat langsung betapa mengerikannya ledakan tersebut. Ia menjelaskan bahwa awan yang keluar dari gunung berapi tersebut memiliki ukuran dan penampilan seperti pohon pinus, di mana awannya yang menjulang tinggi dengan cabang-cabang disekitarnya. Hingga kini para ahli geologi menjuluki ledakan dari Gunung Vesuvius sebagai 'Letusan Plinean'. 

Kemudian satu hari setelah dari kejadian tersebut, tepatnya pada pagi harinya Gunung Vesuvius meletus untuk yang kedua kalinya, membuat Pompeii terkubur di bawah jutaan ton abu vulkanik. Bahkan efeknya sampai ke kota tetangga yaitu Herculaneum. Sekitar 2.000 orang Pompeii tewas di kota itu, tetapi letusan tersebut secara total menewaskan hingga 16.000 orang di Pompeii, Herculaneum, dan kota serta desa lain di wilayah tersebut. 

Adapun penduduk kota, turis, hingga para budak yang bekerja di sana turut menjadi korban dalam bencana alam tersebut. Selepas bencana alam mengguncang kawasan tersebut, Kota Pompeii layaknya kota mati yang tidak berpenghuni dan ditinggalkan selama berabad-abad. 

Sampai pada akhirnya di tahun 1748 sekelompok penjelajah memijakkan kakinya di Kota Pompeii untuk mencari artefak kuno di sana. Mereka terkejut dengan kondisi kota yang hampir sama seperti 2.000 tahun sebelumnya, bahkan mereka juga dikejutkan dengan penemuan korban-korban yang mengeras menjadi batu. 

Para penjelajah itu percaya bahwa abu dari letusan Gunung Vesuvius lah yang bertindak sebagai pengawet seluruh isi kota yang ada di dalamya. Beragam posisi korban ditemukan selayaknya karya seni yang dipahat dengan berbagai pose. 

Ada yang mencengkeram benda-benda rumah tangga yang berharga, ada lagi yang ditemukan dengan tangan melilit anak-anak atau orang-orang terkasih lainnya. Yang paling unik ialah sebuah patung batu berwujud seperti manusia yang salah satu tangannya memegangi area selangkangan. 

Konon, perilaku orang Pompeii yang hedon dan menjadikan seks sebagai gaya hidup disinyalir sebagian kalangan justru menjadi sumber petaka atas musibah dahsyat yang menimpa mereka. Kota Pompeii dipercaya terkena azab Tuhan lantaran penduduknya hobi melakukan maksiat. Bahkan, kota ini dikenal sebagai salah satu kota maksiat di dunia. Paslanya, di kota itu terjadi banyak praktik pelacuran dan perzinahan.

Penduduknya juga banyak yang melakukan kegiatan seksual baik homo dan hetero. Hingga kini Kota Pompeii menjadi situs warisan dunia UNESCO, dan menjadi salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi di Italia. Pompeii Antiquarium, menjadi tempat wisata yang menawarkan sisa karya seni, lukisan dinding, dan artefak lainnya yang dilestarikan dan dipamerkan di sana. Kebanyakan dari mereka merasa takjub dengan kondisi rumah-rumah tua yang megah di Pompeii, serta penasaran dengan penampakan artefak jenazah yang terkubur selama lebih dari 2.000 tahun tersebut. Nah bagaimana setelah tahu dengan sejarah Kota Pompeii, apakah Anda berniat mengunjunginya suatu hari nanti? 


sumber: okezone.com

#Sosial #Budaya #Tokoh #Sejarah #Cerita #Rakyat #Dunia #Prostitusi #Hukum #Internasional #Seks 


-----------------------------



Yuk Bagikan :

Baca Juga